Becky Adam, Seorang Germo Membangun Rumah Bordil Khusus Penyandang Cacat

Diposting oleh Unknown on Sabtu, 12 Januari 2013

Keterbatasan fisik bukan berarti tidak memiliki kehidupan seksual. Penyandang cacat juga berhak menikmati kehidupannya. Dan seorang germo berpikir untuk membangun rumah bordil khusus penyandang cacat.

Selama 20 tahun, Becky Adam menjadi salah satu 'mami' paling top. Ia menjalankan tempat bordil untuk melayanani kebutuhan seksual bagi ribuan pria.

'Madam Becky', begitulah ia dikenal. Sudah beberapa kali ditangkap tapi ia tak pernah didenda.

"Saya harus bersembunyi dari polisi di Prancis sampai semuanya reda," kata wanita berusia 44 tahun itu seperti dikutip ABCNews, Jumat (11/1/2013).

Pada 2009, ia menjual bisnisnya ke salah seorang wanita dan pada 2010, ia kembali ke rumahnya di Buckinghamshire, Inggris, untuk menulis tentang memoar dirinya dan memenangkan Brit Writers Award pada 2012.

Kini Adams, ibu dari dua anak wanita (23 dan 17 tahun), mengubah kehidupannya dari yang mencari keuntungan menjadi seseorang yang ingin membantu.

Ia juga seorang aktivis seksual yang menggunakan pengalamannya dalam menjalankan rumah bordil untuk membantu penyandang cacat dalam memuaskan hasrat seksualnya.

Adams tidak pernah ragu tentang masalah moral yang akan dihadapinya dalam menjalankan idenya itu.

"Anda tidak bisa menghentikan penyandang cacat untuk memiliki kehidupan yang normal dengan memiliki kesempatan yang sama dengan manusia berbadan sehat. Itu diskriminasi," jelas Adams.

"Jadi saya seorang fasilitator untuk menemukan pekerja seks dan itu benar-benar legal. Menolak melakukannya adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia," tegasnya.

Di Inggris, membayar untuk seks antara dua orang itu legal. Hanya saja kalau melibatkan pihak ketiga seperti madam atau germo itu melanggar hukum.

"Saya pikir industri seks sama seperti bisnis lainnya," jelas Adams.

Adams mengaku tak pernah berhubungan seks dengan salah satu kliennya. Ia lebih memilih memberikan pelayanan seperti penerima tamu untuk pelanggannya.

"Saya tidak bagus dalam kontak fisik". "Saya lebih baik menjadi customer service dan penerima tamu".

Adams berani menginvestasikan sekitar 100 ribu dolar AS untuk mengelola rumah bordil nirlaba (tanpa untung) untuk penyandang cacat yang akan dibuka pada 2014.

Ia membayangkan membangun rumah bordil unik yang akan melayani orang-orang dengan keterbatasn fisik maupun keterbatasan mental. Baik pria, wanita, gay atau normal.

"Ada orang yang benar-benar menghabiskan seluruh hidup mereka di lembaga-lembaga yang tidak pernah memiliki kontak fisik dengan orang lain, selain perawat atau dokter," katanya.

"Secara harfiah, mereka tidak punya cara untuk melepaskan hasrat seksual, tetapi mereka memiliki perasaan seksual ini."

Adams membayangkan mempunyai pusat kesehatan seksual untuk penyandang cacat. Termasuk transportasi dari dan ke yang juga disediakan, serta fasilitas untuk membantu klien tergantung kondisi klien.

"Ingat orang cacat sama seperti orang biasa".

Tetapi untuk sekarang, Adams menjalankan pelayanan Para Doxies (yang dalam bahasa Inggris sebagai Prostitusi), dengan memberikan layanan nirlaba, berbasis telepon. Sukarelawan akan membantu orang-orang penyandang cacat atau walinya menemukan pekerja seks yang terpercaya.

Adams mendapat 12 permintaan seminggu dan juga memberikan nasihat dari tim hukum.

Dia memfasilitasi pekerja seks untuk penyandang cacat secara gratis dan mendidik pekerja seks merupakan bagian dari misinya.

Tapi Adams mendapat banyak kritik, terutama dari kelompok pembela wanita.

Adams mengatakan kalau dirinya menyaring pekerja seks dan kliennya yang cacat.

"Saya menemui seorang wanita dan memastikan untuk mengunjungi dan mewawancarainya," katanya.

"Ini adalah tugas saya untuk penyandang cacat dengan menemukan apakah wanita itu senang berurusan dengan orang dan masalahnya".

Banyak dari para pekerja menyediakan layanan secara sukarela atau gratis.

Seks mustahil bagi orang yang cacat dan biasanya penyandang cacat itu sering tinggal bersama orangtua atau pengasuh.

"Lantas bagaimana ini menjadi sesuatu yang privasi? Mereka tidak bisa lepas dari pengasuhnya".

Ketika orang cacat melakukan kontak mata dengan pekerja seks, mungkin pengalamannya itu membuatnya merasa direndahkan.

"Wanita Pekerja Seks ini mungkin melihatnya dan merasa jijik, dan pergi meninggalkannya atau mencuri uang dan lari, nah ini yang harus dididik tidak boleh terjadi".

Para penyandang cacat seringkali memerlukan orang ketiga untuk membantunya dengan kebutuhan fisiknya.

Layanan dapat mencakup penolong yang menentukan tempat dan membantu keperluan seksual. Salah satu kliennya adalah seorang wanita cacat dengan suami berbadan sehat.

"Dia suka kita memakaikan pakaian dengan balutan lingerie dan membuatnya terlihat cantik dan mengatur adegan dengan suaminya," jelasnya.

Namun Adams tak selalu berurusan dengan hal yang berbau seks. Sekelompok ibu dengan anak laki-laki yang autisme meminta jasanya.

"Anak itu tidak pernah berinteraksi secara normal dengan gadis-gadis seusia mereka dan mereka ingin membayar seseorang untuk menghabiskan waktu dengan anak-anaknya untuk mencium dan memeluk mereka," kata Adams.

"Jadi ini tidak seperti apa yang Anda bayangkan di rumah bordil, tapi lebih dari itu. Anda mendidik seseorang yang tidak pernah melakukan hubungan seks sebelumnya".

Itulah yang terjadi dengan Alexander Freeman, seorang pembuat film 25 tahun dari Amerika yang lahir dengan cerebral palsy. Ia haus dengan keintiman tetapi tidak pernah melakukan hubungan seksual.

"Ini tidak hanya bertindak, tapi menyentuh seseorang yang Anda rasa menarik," ujar Freeman.

"Jika kita menolak hak kita untuk seks, kita menolak sebagai manusia".

Bethany Stevens, Seksolog Penyandang Cacat yang mengajar di Georgia State University, memuji dengan karya Adams. Apalagi selama ini penelitian di seluruh dunia menunjukkan kalau penyandang Cacat sering dipandang sebagai 'orang tidak lengkap'.

"Mayoritas budaya kita melihat kita (penyandang cacat) sebagai non seksual atau tidak menarik secara seksual karena kita tidak dianggap sebagai manusia," ujarnya.

Stevens lahir dengan penyakit tulang rapuh dan menggunakan kursi roda.

Adams tidak pernah memberitahukan tentan bordil untuk penyandang cacat hingga akhirnya ia menuliskan bisnis nirlabanya itu di bukunya. Kelompok ini menjalankan seks hotline dan layanan kesehatan lainnya penyandang cacat.

Adams mengaku, selama 20 tahun bekerja di industri seks, ia tak menyadari betapa sulitnya penyandang cacat melakukan hubungan seks.

Dia mulai belajar lebih banyak dan bergabung dengan rangkaian seminar untuk membantu penyandang cacat dalam meningkatkan gairah seksualnya. Namun misinya juga mendapat tentangan.

Saat ini, Adams dimusuhi feminis, bukan polisi. Tapi sebuah rumah bordil untuk penyandang cacat bisa mengubahnya.

"Saya mengharapkan pertarungan hukum, tapi saya siap bertarung".

"Saya tidak keberatan ke penjara untuk ini".

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar